Kebiasaan Baru (Edisi Revisi)

Hapus sudah harapan Bu Ani untuk menampilkan tugas tepat waktu. Besok hari terakhir pelatihan. Malam itu dia hanya bisa menyimak para peserta pelatihan MG Daring Editor 1 yang saling menganalisis tulisan yang mereka kirim ke wa grup. Bu Ani ingin sebenarnya seperti peserta lain, namun dia ragu.

Malam semakin larut, dia memberanikan diri untuk mengirim dua tulisannya dan segera memilih satu tulisan peserta, langsung dia analisis. Pagi hari, setelah shalat subuh kembali Bu Ani mengamati wa, dengan harap-harap cemas, harapannya banyak yang mengomentari hasil analisisnya, baik oleh dua orang pelatih maupun dari peserta. Hasilnya nihil. Hanya ada komentar dari pemilik tulisan yang dia analisis, “Terima kasih Bu Ani.” Dari seorang pelatih ada yang mengomentari tulisan saya dengan nada menegur, “Bapak ini dari tadi baru muncul ya!” Dia maklum sebab namanya mirip dengan nama Robby Sugara, bintang layar lebar tempo dulu, tapi tetap dia terkejut, “ Wah saya dipanggil bapak.”.

Jam 09.00 WIB batas akhir tugas saling menganalisis tulisan yang pernah dikirim ke gurusiana.id. Dia melanjutkan menganalisis tulisan peserta yang semalam, lega rasa hatinya sudah melakukan tugas, sebab dia tidak ingin menjadi penulis yang egois, hanya ingin dikritisi tetapi tidak mau mengkritisi.

Di sisi lain dia sedih karena tidak seorangpun peserta pelatihan yang menganalisis tulisannya dan mengomentari hasil analisisnya. Dia tetap semangat, siap di depan laptop seperempat jam sebelum pelatihan dimulai. Tepat pukul satu siang pelatih pertama menampilkan tulisan yang banyak sekali contoh editannya, sungguh beruntung si pemilik tulisan itu. Tulisan yang kedua yang ditampilkan untuk dikupas tuntas ternyata tulisan dia yang pernah singgah di gurusiana.id yang berjudul, “Kebiasaan Baru.” Allah Maha Mengetahui dan membalas sekecil apapun usaha manusia.Bu Ani akan mengrim edisi revisi tulisannya itu di gurusiana.id sebagai tanda syukur kepada Allah.

Segara Murnia, lahir di Padang Panjang lebih dari setengah abad yang lampau. Sejak tahun 1974, ayah dan bunda memboyong kami sembilan putra putri mereka ke Leuwiliang, Bogor. Jawa Barat. Semenjak berkeluarga saya tinggal di Cibinong, Bogor.